Cara Mendakwahi Keluarga yang Masih Suka ke Dukun atau Berbuat Syirik
2 min readPertanyaan:
Apakah ada solusi untuk menasihati keluarga yang sudah melakukan dosa syirik, yaitu datang ke dukun untuk melakukan pengobatan? Meski sudah beberapa kali diingatkan namun tidak didengar. Mohon nasihatnya, Ustadz.
Jawaban:
Pertama, perlu diketahui bahwa mendatangi dukun yang bermuamalah dengan syaithan, menyerahkan sesajian-sesajian untuk mendapat bantuan dari syaithan, termasuk perbuatan kufur. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia telah kufur pada (Al-Qur’an) yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Oleh karenanya, larangan ini harus disampaikan sebelum orang yang mendakwahkannya dianggap radikal karena praktik perdukunan dianggap budaya yang harus dilestarikan. Sebab, praktik kesyirikan perdukunan adalah kriminalitas terbesar kepada Pemilik alam semesta, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesyirikan juga merupakan kriminalitas terbesar kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Adapun cara mengobatinya yang paling utama adalah dengan mengandalkan kekuatan terbesar, yakni hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab hidayah datang bukan karena kehebatan kita beretorika, bukan pula karena hebatnya pendalilan kita, bukan pula semata karena kelembutan penyampaian, namun harus kita ketahui bahwa hidayah itu mutlak milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karenanya, sebelum mengandalkan kekuatan yang kita miliki, berdoalah kepada Allah agar memberikan hidayah kepada orang-orang yang kita cintai.
Kemudian, kuasai ilmu dengan matang. Sehingga ketika keluarga kita menyatakan alasannya mendatangi dukun dengan berbagai dalih, kita dapat menjawab dalih tersebut dengan ilmu, bukan sekadar melarang tanpa alasan. Sehingga ketika ada kematangan ilmu dari dakwah yang kita sampaikan, keluarga kita insyaallah lebih mudah menerima dan puas dengan alasan kita melarangnya melakukan hal tersebut (mendatangi dukun).
Selanjutnya, berakhlak dan bermuamalah baik kepada keluarga yang didakwahi tersebut, sering memberikan hadiah untuk mengambil hatinya. Meski perlu diingat walaupun semua hal tersebut telah kita lakukan, bisa jadi hidayah belum menyentuh hati saudara kita. Rasululullah lebih mulia dari kita, namun beliau tidak dapat memberikan hidayah kepada paman beliau Abu Thalib, apalagi kita. Kita juga tidak lebih mulia dari Nabi Nuh ‘alaihissalam, beliau tidak dapat memberikan hidayah kepada anaknya, bagaimana lagi dengan kita. Kita juga tidak semulia Abdullah bin Abbas, beliau menasihati orang-orang Haruriyyah pada waktu itu, sebagiannya bertaubat namun sebagian yang lain tidak. Hal ini menunjukkan adanya batasan titik lemah yang diluar kemampuan kita. Oleh sebab itu, kita serahkan seluruhnya pada kehendak Allah.
Pemateri : Ustadz Harits Abu Naufal حَفِظَهُ اللهُ
Editor : Team Syiar Tauhid Aceh