Fri. Nov 8th, 2024

Kearifan Lokal Seolah-Olah Menjadi Kebenaran yang Tidak Bisa Dihilangkan

3 min read
Jadi kearifan lokal ini seakan-akan ayat Al-Qur'an yang tidak boleh ditentang, kearifan lokal ini seakan-akan hadits rasulullah ﷺ yang tidak boleh ditolak. Bahkan ketika Al-Qur'an dan Sunnah menyelisihi kearifan lokal, maka kearifan lokal yang harus dimajukan.
Sumber gambar: Pixabay

Oleh : Ustadz Harits Abu Naufal

Rasulullah ﷺ, beliau mengingkari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di masyarakat beliau apabila kebiasaan tersebut menyelisihi dari dalil.

Nah sebagian orang hari ini, mereka menjadikan satu kaidah untuk menghalalkan segala sesuatu yang itu adalah haram dalam agama, apa itu? Kearifan lokal.

Jadi kearifan lokal ini seakan-akan ayat Al-Qur’an yang tidak boleh ditentang, kearifan lokal ini seakan-akan hadits rasulullah ﷺ yang tidak boleh ditolak. Bahkan ketika Al-Qur’an dan Sunnah menyelisihi kearifan lokal, maka kearifan lokal yang harus dimajukan.

Tidaklah Nabi ﷺ diutus oleh Allah ﷻ ke kota Makkah kecuali beliau mengingkari hal-hal yang itu berbau kesyirikan, berbau penyimpangan syariat, yang itu merupakan kearifan lokal orang-orang musyrikin Quraisy pada waktu itu, diantaranya adalah doa kepada pengantin :

بِالرَّفَاءِ وَ الْبَنِيْن

“semoga bahagia dan banyak anak”

diganti dan dilarang oleh Nabi, dan disuruh untuk mengucapkan :

بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ وَ جَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ

“Semoga Allah menganugerahkan barakah kepadamu, semoga Allah juga menganugerahkan barakah atasmu, dan semoga Dia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzy, An-Nasa`iy, dan Ibnu Majah)

Dan juga Nabi ﷺ menentang kearifan lokal orang-orang musyrikin yang mereka tidak mau menikahkan anaknya di bulan Syawal, diingkari oleh Nabi ﷺ.

Dan juga Nabi ﷺ mengingkari kebiasaan orang-orang jahiliyah dengan hari rayanya, diganti oleh Nabi ﷺ dengan hari raya Iedul Fithri dan Iedul Adha.

Dan juga kearifan lokal orang-orang musyrikin di zaman dahulu adalah keyakinan tathoyyur, yaitu menganggap sial atau beruntung dengan suara burung. Jadi kalau mendengar suara burung gagak mereka tidak keluar rumah, tapi kalau mendengar suara burung tertentu baru mereka keluar rumah karena menganggapnya sebagai tanda keberuntungan. Ini kearifan lokal mereka dan ini diingkari Semua oleh Nabi ﷺ. Nabi berkata :

لاَ طِيَرَةَ

“Tidak ada tathoyyur.” (HR. Bukhori dan Muslim).

Saya tegaskan kembali, tidaklah Nabi ﷺ diutus oleh Allah ﷻ kecuali mengingkari beberapa hal yang itu merupakan kearifan lokal di negeri beliau.

Dan subhanallah beberapa hari yang lalu kita dikejutkan, bagaimana Allah ﷻ memalingkan seseorang yang sudah berjalan di atas kebenaran, kemudian dia memilih jalan kesesatan yang sesaatnya naudzubillah, sesuatu yang tidak masuk di akal kita, dia membawa ucapan Ibnu Hazm rahimahullahu ta’ala bahwasanya adat kebiasaan atau kearifan lokal yang tidak menyelisihi dari pada syariat maka hukumnya boleh dilaksanakan dan tidak haram, kemudian dia contohkan keyakinan masyarakat, ada Dewi padi atau yang dikenal dengan Dewi Sri, dialah Dewi yang memberikan kesuburan di tanaman padi dan lain sebagainya sehingga boleh kita merayakan perayaan-perayaan tertentu menyerahkan sesuatu kepada Dewi padi, naudzubillah.

Kalau seandainya ini bukan haram, kalau seandainya ini bukan kesyirikan, mana lagi dikatakan kesyirikan ayyuhal ikhwah rahimani wa rahimakumullah? Keyakinan-keyakinan ada zat yang lainnya yang mengatur alam semesta ini selain Allah ﷻ.

Orang-orang musyrikin ketika ditanya kepada mereka :

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ

“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”.” (QS. Yunus [10]: 31)

Kalau engkau tanya kepada musyrikin, siapa yang mengatur alam semesta ini, padi termasuk alam semesta, jalan raya, gunung, laut, semuanya adalah alam semesta, siapa yang mengatur itu semuanya? Allah. musyrikin yakin yang mengatur alam semesta itu Allah. Nah bagaimana mungkin orang yang dianggap sebagai Doctor di Universitas terkenal di dunia ini, tapi berucap dengan ucapan yang naudzubillah. Dengan bangganya dia mengatakan, “Lakukan! Lakukan! Halal.” Mengajak manusia untuk berbuat kesyirikan, mengajak manusia menyembah kepada selain Allah ﷻ, Ini adalah sebuah pengkhianatan bagi umat, dan ini juga pelajaran yang paling berharga buat kita ayyuhal ikhwah untuk kita membentengi diri kita dengan aqidah yang benar, kita bentengi diri kita dengan tauhid, kita bentengi diri kita dengan ilmu, karena banyaknya orang-orang yang mereka menyeru manusia kepada kesyirikan dan kesesatan yang itu akan mengantarkan kita ke dalam nerakanya Allah ﷻ, wal’iyadzubillah.

Ditranskrip oleh Tim Syiar Tauhid Aceh dari kajian Ustadz Harits Abu Naufal

Lihat faedah lain disini:

Bantu Dakwah Sunnah di Serambi Mekkah. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik disini. Jazakallahu khairan katsiran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *