Ketika Dizalimi, Lebih Baik Doakan Balasan Atau Hidayah?
2 min readPertanyaan:
Ustadz, manakah yang lebih baik ketika ada orang yang zalim kepada kita. Apakah kita doakan balasan yang setimpal atau kita doakan hidayah? Sementara kezalimannya kepada kita membuat kita sakit hati. Barakallahufiik.
Jawaban:
Memang ada perkara yang berat namun mudah kita ucapkan (semoga Allah memberi hidayah kepada kita), ketika sebagian ulama salaf mengatakan bahwa apa keuntungan yang kita dapatkan dari masuknya saudara kita seiman ke dalam neraka disebabkan doa kita? Seandainya kita mendoakan orang yang menzalimi kita dengan doa kejelekan dan Allah kabulkan doa kita, dia mendapat kecelakaan hidup di dunianya, maka keuntungan apa yang kita dapatkan? Sekejam itukah kita sebagai seorang mukmin?
Akan tetapi, kalau kita mendoakan orang yang menzalimi kita agar dapat hidayah dan Allah kabulkan, maka kita mendapat dua keuntungan; pahala berdoa dan semua kebaikan yang dilakukannya sebab doa kita akan mengalir pahalanya kepada kita tanpa mengurangi pahala orang yang telah kita doakan tersebut. Oleh karenanya, Umar bin Khaththab dan Abu Jahal yang begitu kejam dan bengis terhadap kaum muslimin sebelum Islam, nabi mendoakan mereka :
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإسْلامَ بِأَحَبِّ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ إِلَيْكَ بِأَبِى جَهْلٍ أَوْ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ . قَالَ وَكَانَ أَحَبَّهُمَا إِلَيْهِ عُمَرُ
“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang yang lebih Engkau cintai dari kedua laki-laki ini: Abu Jahal atau Umar bin Al-Khaththab.” Sang perawi mengatakan, ternyata yang lebih dicintai oleh Allah adalah Umar. (HR. Tirmidzi, no. 3681; Ahmad, 2:95. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Allah Jalla wa ‘Ala juga berfirman:
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”(QS. Fussilat [41] : 34)
Adapun secara hukum, maka boleh bagi seseorang mendoakan orang yang menzaliminya dengan doa kejelekan. Oleh karenanya ada hadis yang berbunyi:
اِتَّقِ دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan).“ (Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38)
ثَلاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لا شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ
“Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya“. (Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do’a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99. Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad Ahmad 2/478. Dihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596)
Di dalam sirah juga disebutkan bahwa ada sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Sa’ad bin Abi Waqqash mendoakan kejelekan pada orang yang sering memfitnahnya di masa tabi’in, maka Allah menghinakan dan merendahkan orang tersebut dengan terjatuh ke dalam fitnah syahwat, yaitu condong hatinya kepada anak-anak kecil yang laki-laki. Sehingga orang yang menzalimi Sa’ad menjadi hina dan rendah di mata manusia pada saat itu.
Wallahu Ta’ala a’lam bishawwab.
Pemateri : Ustadz Farhan Abu Furaihan حَفِظَهُ اللهُ