Mereka yang Berusaha Menipu Allah dengan Kemunafikannya
2 min readOrang-orang yang menampakkan amalan lahiriyah yang baik dan menyembunyikan keburukannya di hadapan manusia, namun dia tetap membawa kebodohannya itu ketika berada di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berusaha mengecoh Allah di pengadilan-Nya, mengucapkan kalimat-kalimat yang dikiranya Allah tidak mengetahui hakikatnya sebagaimana tatkala di dunia dia merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melihatnya. Akan tetapi Allah Tabaraka wa Ta’ala, siapa pula yang dapat terluput dari penglihatannya padahal Dia adalah Yang Maha Melihat? Siapa pula yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengetahui kondisinya? Siapa pula di antara hamba-hamba Allah yang tidak dihitung perbuatan baik maupun buruknya? Semua itu akan diperlihatkan dan dituntut pertanggungjawabannya kelak ketika tiba masanya.
Ketika kita berdalih di pengadilan-Nya lalu Ia mengatakan kita berdusta, sungguh kondisi demikian sangatlah menyedihkan. Tuhan yang selama ini kita sembah mengucapkan kalimat “Engkau berdusta!” karena memang kita adalah pendusta, menampakkan kebaikan di hadapan manusia, menyembunyikan kejahatan yang begitu banyak tatkala kita hanya berdua dengan-Nya. Maka apa yang dapat menyelamatkan kita? Tidakkah tiba masa bagi kita untuk berhenti dari perbuatan-perbuatan yang buruk tatkala hanya berdua dengan Allah?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَعْلَمُ خَاۤىِٕنَةَ الْاَعْيُنِ وَمَا تُخْفِى الصُّدُوْرُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi di dalam dada.” (QS. Gāfir [40] : 19)
Tidakkah dalil seperti ini menjadi pelecut bagi kita bahwa tidak ada yang tersembunyi dari Allah? Meskipun lisan mengucapkan kalimat yang menyembunyikan kebodohan dan kemaksiatan, tetapi dusta seperti ini tetap mendapat ancaman neraka yang panasnya tidak bisa digambarkan, yang disebutkan siksaannya yang paling ringan adalah diletakkan api neraka itu di telapak kaki namun saking panasnya meleleh otak yang ada di atas anggota tubuh hamba tersebut, bayangkan apa yang terjadi dengan anggota tubuh yang lain.
Apakah kelak kita selamat dari siksaan Allah Subhanahu wa Ta’ala? Hari ini mungkin kita masih tertawa dan menganggap itu adalah sesuatu yang jauh. Orang-orang yang hari ini wafat karena kecelakaan pun barangkali beberapa detik sebelumnya masih berpikir seperti kita akan hidup esok hari. Tidakkah kita renungkan bagaimana orang-orang yang telah mendahului kita bisa jadi juga pernah merasa Allah akan memanjangkan umurnya? Maka hendaknya kita mengambil pelajaran.
Pemateri : Ustadz Asqar Quraisy حَفِظَهُ اللهُ