Sifat Hamba Pilihan
6 min readFaedah Kajian Daurah Ustadz Sahl Abu Abdilah
Di zaman fitnah ini kita lebih membutuhkan ilmu agama dalam membentengi diri kita.
Syeikh Shalih Fauzan berkata bahwa manusia itu selalu membutuhkan ilmu agama. Tatkala fitnah-fitnah muncul dan syubhat bermunculan dan tersebar diantara kita. Kita harus sadar untuk membentengi diri. Jangan pernah merasa diri kita aman. Kita harus meminta kepada Allah agar senantiasa Istiqomah.
Syahr bin Hawsyab berkata bahwa ia berkata kepada istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ummu Salamah,
يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ مَا كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا كَانَ عِنْدَكِ
“Wahai Ummul Mukminin, apa do’a yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berada di sisimu?”
Ummu Salamah menjawab,
كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ « يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ ».
“Yang sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’.”
Ummu Salamah pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا لأَكْثَرِ دُعَائِكَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Rasulullah kenapa engkau lebih sering berdo’a dengan do’a, ’Ya muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)’. ”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.”
Nabi ﷺ adalah manusia yang paling sempurna, tapi tetap memohon do’a seperti ini. Jangan sekali kali kita merasa aman dari fitnah juga tidak ada jaminan selamat dari syubhat dan syahwat.
Sifat Hamba Pilihan :
Dalam Al-Qur’an Allah ﷻ berfirman dalam surah Al-Furqon ayat 63 dan seterusnya :
وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَ رْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَا طَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَا لُوْا سَلٰمًا
“Adapun hamba-hamba Allah ﷻ Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, salam,”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 63)
وَا لَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَّقِيَا مًا
“dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri.”
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 64)
Sampai akhir menjelaskan beberapa sifat hamba pilihan ..
Doa Mohon Dianugerahi Akhlak yang Baik
اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlak ku.”
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku.”
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي وَحَرِّمْ وَجْهِي عَلَى النَّارِ
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku, dan haramkan wajahku tersentuh neraka.”
[Status Riwayat]
- Doa pertama diriwayatkan dari Aisyah dan Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam biasa berdoa:
اللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku.” (HR. Ahmad IV/68, 155 dengan isnad shahih. Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma’, bahwa hadits tersebut diriwayatkan Imam Ahmad dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi yang shahih. Dinukil dari komentar Syaikh al-Albani dalam al-Irwa’.)
Doa kedua diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud yang berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berdoa:
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya no. 964, Abu Ya’la al-Mushili dalam Musnadnya no. 4944. Dan Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil no. 74)
Sementara doa ketiga dengan tambahan di akhirnya, terdapat dalam riwayat Ibnu Mardawaih:
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي وَحَرِّمْ وَجْهِي عَلَى النَّارِ
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku dan Haramkan wajahku tersentuh neraka.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa’ al-Ghalil no. 74)
Sifat hamba Allah yang pertama oleh Ibnu Abbas dalam tafsir At-Tabhrani ialah berjalan diatas bumi ini penuh tawadhu’.
Imam Al Ahnaf mengatakan bahwa beliau heran kepada orang yang pertama jalan dari 2 saluran pembuangan dan bagaimana mungkin membuat ia sombong.
Padahal, semua itu hanya amanah dari Allah. Semua itu jabatan, harta dan segalanya pergi meninggalkan kita.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 34 Allah ﷻ berfirman :
وَاِ ذْ قُلْنَا لِلْمَلٰٓئِكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰ دَمَ فَسَجَدُوْۤا اِلَّاۤ اِبْلِيْسَ ۗ اَبٰى وَا سْتَكْبَرَ ۖ وَكَا نَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 34)
Imam Ibnu Qayyim mengatakan pangkal muara sumber dosa dan maksiat ada 3, yang pertama ialah sombong, yang kedua ialah ketamakan, yang ketiga hasad. Jangan sampai ada dihati kita 3 penyakit ini, karena sangat bahaya. Karena, efeknya bukan hanya di dunia tetapi juga diakhirat.
Bahkan yang menyebabkan seseorang tidak masuk surga ialah karena 3 hal ini.
Senada dengan hadits dari Nabi ﷺ
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ : إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
Dari Abdullah bin Mas’ûd, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?”) Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan menyintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَهْلَ النَّارِ كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ جَمَّاعٍ مَنَّاعٍ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ الضُّعَفَاءُ الْمَغْلُوبُونَ
Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya sombong saat berjalan, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan harta, orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk surga adalah orang-orang yang lemah dan terkalahkan. [Hadits Shahih Riwayat Ahmad, 2/114; al-Hâkim, 2/499]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam :
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat”. [HR. Bukhari, no. 5789; Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim]
Apa yang kita banggakan dari kita? Kita berawal dari setetes mani dan akan kembali dalam keadaan mati berbentuk bangkai. Maka dari itu, hendaklah kita senantiasa rendah hati. Maka Allah akan angkat derajatnya.
Maka dari itu, perbanyaklah infak dan mengeluarkan harta dijalan Allah agar terhindar dari sombong. Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata : “Dua hal dari Allah, dua hal dari setan. ‘Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan’. Setan itu berkata, ‘Jangan kamu infakkan hartamu, peganglah untukmu sendiri karena kamu membutuhkannya’. “Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)”.
(Dan dua hal dari Allah adalah), “Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya”, yakni atas maksiat yang kamu kerjakan, “dan karunia” berupa rizki.
Sifat hamba Allah selanjutnya ialah dan ketika mereka bertemu dengan orang-orang bodoh dan jahil mereka mengejek dengan kata-kata yang jelek dan senonoh, tapi ia tidak membalasnya dan ia membalas kejelekan tsb dengan hal yang baik. Maka itu akan membuatnya akan lebih baik sambilan berdakwah kepada ia dengan adab dam akhlak.
Kesimpulan dari Ayat 63 ialah orang-orang yang menjadi pilihan hamba Allah ialah mengumpulkan 2 sifat hamba ini dan menghindar dari 2 sifat jelek ini.
Untuk menghindari dari ketergelinciran, hendaknya menghindari dari sifat sombong, keangkuhan dan hasad serta bertutur kata-kata baik. Ketika ada yang mencela dan mengejek kita Syeikh bin Baz mengatakan dalam dakwah beliau ialah membalas nya dengan Barakallahufiik, Allahu yahdiik .. karena demikian lebih indah dan bajk dalam menjaga adab kita sebagai hamba pilihan Allah. Jangan sampai tergelincir lisannya kita karena itu akan membuat perkara kepada kita terseret di Dunia hingga Akhirat.
Ada sebuah cerita saat Aisyah Radhiyallahu Anha bercerita kepada Nabi tentang Shofia.
sebagainya.
عَنْ أَبِيْ حُذَيْفَةَ عَنْ عَائِشَةَ, أَنَّهَا ذَكَرَتِ امْرَأَةً فَقَالَتْ :إِنَّهَا قَصِيْرَةٌ….فَقَالَ النَّبِيُّ : اِغْتَبْتِها
“Dari Abu Hudzaifah dari ‘Aisyah bahwasanya beliau (‘Aisyah) menyebutkan seorang wanita lalu beliau (‘Aisyah) berkata :”Sesungguhnya dia (wanita tersebut) pendek”….maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :”Engkau telah mengghibahi wanita tersebut” [Riwayat Abu Dawud no 4875 dan Ahmad (6/189,206), berkata Syaikh Abu Ishaq : “Isnadnya shohih”]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قُلْتُ لِلنَّبِيِّ حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّة كَذَا وَ كَذَا وَ قَالَ بَعْضُ الرُّوَاةُ : تَعْنِيْ قَصِيْرَةٌ, فَقَالَ : لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ
“Dari ‘Aisyah beliau berkata: Aku pernah berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Cukup bagimu dari Shofiyah ini dan itu”. Sebagian rawi berkata :”’Aisyah mengatakan Shofiyah pendek”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ”Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat, yang seandainya kalimat tersebut dicampur dengan air laut niscaya akan merubahnya” [Yaitu merubah rasanya atau baunya karena saking busuk dan kotornya perkataan itu –pent, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Salim Al-Hilali dalam Bahjatun Nadzirin 3/25, dan hadits ini shahih, riwayat Abu Dawud no 4875, At-Thirmidzi 2502 dan Ahmad 6/189]
Maka dari itu, kita harus menjaga ketergelinciran lisan kita agar selamat dunia akhirat. Dan agar senantiasa memperbanyak sikap wara’ (rasa takut).
Wallahualam bishawab
📝 Team Syiar Tauhid Aceh – Kajian Maghrib di Mushallah Al Muhajirin Lamlagang || Ustadz Sahl Abu Abdillah || Sifat Hamba Pilihan . Bertanggal 6 Safar 1441H/3 Desember 2019