Tiga Hal Yang Akan Merasakan Manisnya Iman
2 min readوعن أنسٍ – رضي الله عنه – عن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاوَةَ الإيمانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سَوَاهُمَا، وَأنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إلاَّ للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ في الكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ الله مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ في النَّارِ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari Anas Radhiallahu’ Anhu , dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , beliau bersabda : “Ada tiga hal yang barang siapa memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yang lainnya, mencintai seseorang yang ia mencintainya hanya karena Allah, dan benci untuk kembali ke dalam kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran tersebut, sebagaimana dia benci untuk dilemparkan kedalam Neraka”. [ Muttafaq ‘alaih ]
Faidah / Kandungan Hadist
- Manisnya iman itu dapat dirasakan melalui ketaatan dan kesukaan padanya serta mendahulukannya atas hawa nafsu.
- Seseorang harus mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada cintanya kepada kedua orang tua, anak, dan bahkan dirinya sendiri serta manusia secara keseluruhan.
- Hubungan antar orang-orang mukmin itu didasarkan pada kecintaan karena Allah.
- Kebencian kepada kekufuran itu terwujud dengan menjauhkan diri darinya dan dari berbagai sebabnya serta segala yang mendekatkan diri kepadanya berupa kemaksiatan maupun bid’ah.
Hadits ini mencakup beberapa dasar cinta hakiki yang dirinya bercabang menisnya iman, yaitu :
- Penyempurnaan cinta tersebut, dimana Allah dan Rasul-Nya harus lebih dicinta daripada yang lain, karena kecintaan kepada keduanya tidak cukup hanya dengan dasar cinta, tetapi keduanya harus lebih dicintai dari yang lainnya baik itu harta, orang tua, anak, bahkan dirinya sendiri.
- Bercabang cinta tersebut, yakni dengan mencintai pihak lain karena Allah dan juga mencintai karena Allah. Maka, dia harus mencintai apa yang dicintai Allah dan mencintai orang yang dicintai Allah, serta membenci apa yang dibenci oleh Allah dan membenci orang yang dibenci-Nya.
- Menolak kebalikan dari kecintaan ini, yakni dengan membenci lawan dari keimanan melebihi kebenciannya dilemparkan kedalam Neraka.
Sumber : Syarah Riyadhus Shalihin, Syaikh Salim bin ‘Ied Al Hilali