MERAIH KEBERKAHAN NIKAH DENGAN NADZHOR SYAR’I “JANGAN KAU KIRIM FOTO UNTUKNYA”
3 min readLEMBAR MUSLIMAH
MERAIH KEBERKAHAN NIKAH DENGAN NADZHOR SYAR’I
“JANGAN KAU KIRIM FOTO UNTUKNYA”
Setiap pasangan suami istri tentunya berharap agar kehidupan rumah-tangganya harmonis dan bahagia.
Sebelum dilangsungkan akad nikah, seorang pria disyari’atkan untuk menadzhor-melihat kepada calon istrinya.
Salah satu tujuan nadzhor-melihat kepada calon istri adalah agar sang lelaki memiliki pengetahuan tentang keadaan calon istrinya.
Seiring kemajuan teknologi zaman ini, terkadang perkara nadzhor yang seharusnya dilakukan secara langsung, dalam kenyataannya pada beberapa keadaan dan situasi dilakukan dengan mengirim atau saling tukar foto antara pria dan wanita melalui media sosial yang telah tersebar sekarang ini.
Bagaimana hukum nadzhor-melihat calon istri melalui foto,
Berikut kami nukilkan beberapa fatwa ulama terpercaya berikut ini insyallah :
1. FATWA ASY-SYAIKH ‘ABDUL MUHSIN AL-‘ABBAD
Hafidzahullah :
Pertanyaan:
شخص يريد أن يخطب امرأة.
ولكن لا يستطيع الذهاب إلى بلاده لرؤيتها.
فهل يجوز فيهذه الحالة أن ترسل له صورة شمسية حتى يتمكن من النظر إليها؟
Seorang lelaki hendak melamar wanita.
Akan tetapi ia tidak bisa berangkat untuk nadzhor-melihat langsung wanita tersebut di tempat tinggalnya.
Apakah dalam kondisi seperti ini sang wanita diperbolehkan mengirim fotonya agar lelaki tersebut bisa melihatnya.
Jawaban:
لا يجوز
وإنما إذا أراد أن يذهب لينظر إليها فليذهب وينظر إليها هو إذا كان يريد النظر،
أما أن ترسل له الصورة فلا يصلح أن تؤخذ صورالنساء وتعطى للأزواج؛ لأن الصورة تبقى وقد يستنسخ منها وتنتشر.
أماإذا رآها فإن رؤيته لها تنتهي.
فإن أعجبته تزوجها وإلا تركها،
أما أن تكون الصورة بيد الرجل فيحتفظ بها أو يعطيها لغيره ويطلع غيره عليها فلا يجوز ذلك.
Tidak diperbolehkan baginya.
Jika lelaki tersebut ingin pergi untuk melihatnya, maka hendaknya ia berangkat.
Bila ia benar-benar ingin menadzhor-melihatnya sang wanita.
Adapun dengan mengirim foto kepada lelaki tersebut, maka tidaklah dibenarkan memberikan foto wanita kepada beberapa lelaki.
Karena foto itu sifatnya permanen, bahkan bisa perbanyak dan disebarkan.
Jika lelaki tersebut mandzhor-melihat wanita secara langsung, maka akan selesai urusan.
Jika engkau menyukainya maka nikahilah,
Jika tidak maka tinggalkanlah.
Adapun jika foto wanita berada di tangan lelaki tersebut kemudian ia simpan ataukah ia berikan kepada orang lain sehingga mereka bisa melihat foto sang wanita,
sungguh perkara ini tidak diperbolehkan.
📚 SUMBER :
http//ar-islamway.net/fatwa
________________________
2. FATWA AL-‘ALLAMAH ASY-SYAIKH BIN BAZ
Rahimahullah :
Pertanyaan:
خطبت ابنة عمي خطوبة رسمية، والخطوبة عندنا تطول كما تعلمون. وسافرت وطلبت منها بعدما سافرت إرسال صورةٍ لها، وفعلاً أرسلتها إليّ، هل علي إثم في ذلك،
وما هي الكفارة ؟
Pertanyaan:
Aku melamar secara resmi anak perempuan pamanku.
Dan prosesi lamaran dikalangan kami sangatlah lama sebagaimana engkau ketahui.
Aku pun berpergian dan meminta kepada wanita tersebut untuk mengirimkan fotonya.
Dan sungguh ia pun mengirimkan fotonya kepadaku.
Apakah aku berdosa dalam hal ini,
Dan apa kaffarah dari perbuatanku tersebut?
Jawaban:
لا يجوز طلب إرسال الصورة،
وعليك التوبة إلى الله من هذه …..،
أن تتوب إلى الله توبة صادقة بالندم على ما فعلت، والعزم أن لا تعود إلى ذلك، وتمزيق الصورة هذا هو الواجب عليك، ليس لها أن ترسل لك صورة، وليس لك أن ترسل لها صور،
بل لا بأس أن تنظر إليها إذا خطبتها أو أردت خطبته لا بأس أن تنظر إليها،
فالرسول -صلى الله عليه وسلم-أمر بهذا، قال:
انظر إليها، ألا تنظر إليها.
والمقصود أن النظر إلى المخطوبة لا بأس من دون خلوة، بل بحضرة أبيها أو أمها أو أخيها من دون خلوة، ينظر إلى وجهها وما ظهر منها وأطرافها أو شعرها لا بأس، ولكن ليس له الخلوة بها، ولا الخروج معها في السيارة، كما يفعل بعض الناس مع مخطوبته يتمشى معها في البلد أو في الحدائق هذا منكر ووسيلة إلى الفساد.
Tidak diperbolehkan meminta kiriman foto.
Hendaklah engkau bertaubat kepada Allah ta’ala dari perbuatan ini.
Engkau bertaubat kepada Allah Ta’ala sebenar taubat dengan menyesali apa yang telah engkau lakukan dan berkeinginan kuat untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.
Engkau hapus-sobek foto tersebut.
Perkara-perkara tersebutlah yang wajib engkau lakukan.
Tidak diperbolehkan wanita tersebut mengirim fotonya kepadamu,
Engkau pun tidak diperbolehkan untuk mengirim foto untuknya.
Tidak mengapa engkau melihatnya secara langsung jika engkau ingin melamarnya.
Perkara inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah ‘alaihis salam,
Beliau berkata :
Lihatlah wanita tersebut,
Apakah engkau telah melihat wanita tersebut.
Yaitu melihat kepada wanita yang hendak dilamar.
Tentunya melihatnya dengan tidak berkholwat-berduaan akan tetapi dengan kehadiran bapak atau ibu atau saudara laki-laki sang wanita.
Melihat wajahnya ataukah apa yang tampak darinya, betis, rambutnya, tidaklah mengapa.
Akan tetapi jangan ia berduaan ketika nadzhor.
Jangan pula ia keluar berduaan bersama wanita tersebut dengan kendaraan sebagaimana yang dilakukan sebagian lelaki bersama wanita yang dilamarnya.
Ia berjalan berduaan di kota, di taman.
Ini semua merupakan perkara mungkar dan sarana yang menjuruskan kepada kerusakan.
📚 SUMBER :
http://www.binbaz.org.sa/noor/10706
__________________________
3. FATWA ASY-SYAIKH AL-‘UTSAIMIN Rahimahullah :
Ketika beliau ditanya tentang hukum meminta foto wanita yang akan dilamar.
لا أرى هذا :
أولا : لأنه قد يشاركه غيره في النظر إليها.
ثانيا : لأن الصورة لا تحكي الحقيقة تماما ، فكم من صورة رآها الإنسان فإذا شاهد المصوَّر وجده مختلف تماما.
ثالثا : أنه ربما تبقى هذه الصورة عند الخاطب ويعدل عن الخطبة ولكن تبقى عنده يلعب بها كما شاء والله أعلم.
Saya berpendapat tidak bolehnya perkara tersebut.
Karena beberapa alasan :
Pertama :
Bisa jadi ada orang lain yang akan melihat foto tersebut,
Kedua :
Foto tersebut tidak mewakili keadaan sebenarnya.
Berapa banyak foto yang dilihat oleh seseorang sangat berbeda dengan keadaan aslinya.
Ketiga :
Terkadang foto tersebut tersimpan pada lelaki yang melamarnya kemudian ia membatalkan lamarannya akan tetapi foto sang wanita masih saja tersimpan dan dipermainkan oleh lelaki tersebut seenaknya wallahu a’lam.
📚 SUMBER :
FATAWA SYAIKH IBNU UTSAIMIN.
Demikian nukilan fatwa para ulama dalam permasalahan ini,
Dan senada dengan fatwa-fatwa tersebut diatas adalah apa yang kami dengar dan dapatkan dari para masyaikh dan ulama di yaman.
Dan bersikap wara’—berhati-hati dalam permasalahan ini tentunya lebih selamat dan mendatangkan keberkahan dalam pernikahan.
Semoga bisa memberikan pencerahan.
Wallahu a’lam.
✍ Abu ‘abdillah sahal

