Sun. Feb 16th, 2025

Kemiskinan, Dampak Negatif Dan Cara Menyelesaikannya Dalam Islam (Bagian 01)

5 min read

Pertanyaan :

Bagaimana Islam memerangi kemiskinan ?

Jawaban :

Pertama:

Kemiskinan termasuk salah satu malapetaka yang sudah ditetapkan oleh Allah untuk terjadi, baik dialami oleh individu, keluarga, ataupun kelompok masyarakat tertentu, kemiskinan memiliki dampak negatif pada keyakinan (iman) dan perilaku. Para misionaris Kristen banyak mengeksploitasi kondisi kemiskinan dan kekurangan sumber daya masyarakat untuk menyebarkan agama Kristen di kalangan masyarakat tersebut, kemisikinan juga menjadi faktor dominan dalam merebaknya perilaku masyarakat yang tidak bermoral; dan untuk menghindari kemiskinan dan memenuhi kebutuhan hidup banyak terjadi tindak pidana pencurian, pembunuhan, zina, dan penjualan barang-barang terlarang.

Tidak bisa dipungkiri bahwa hal-hal tersebut berdampak buruk pada individu dan masyarakat. Allah menyebutkan tentang keadaan orang-orang musyrik dimana sebagian dari mereka membunuh anak-nak mereka, baik karena kemiskinan yang mereka alami atau karena takut akan ditimpa kemiskinan. Allah berfirman mengenai kelompok yang pertama:

وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

dan janganlah membunuh anak-anakmu karena kemiskinan. (Tuhanmu berfirman,) ‘Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. [Al-An’am/151]

Dan Allah berfiman mengenai kelompok yang kedua:

وَلا تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئاً كَبِيراً

Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan (juga) kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka itu adalah suatu dosa yang besar. [Al-Isra’ /31]

Dalam Sahihaini diriwayatkan tentang kisah seorang perempuan dari Bani Israel ketika ia sedang membutuhkan uang dan dalam kondisi yang sangat tertekan, dan dia tidak mendapati selain sepupu dari pihak ayah yang menggodanya dengan imbalan uang, kemudian Allah menyelamatkannya setelah dia mengingatkannya kepada Allah dan menyuruhnya untuk takut kepada-Nya.

Dan bagaimanpun juga; sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kemiskinan adalah penyebab meluasnya banyak tindak kejahatan dan kerusakan, dan banyak bangsa yang menderita karenanya, dan upaya untuk mencari solusi atas masalah kemiskinan tersebut hasilnya sia-sia, dalam mengatasi kemisikinan tidak ada solusi lain kecuali dengan Islam yang datang dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi seluruh umat manusia hingg hari kiamat tiba.

Kedua:

Menurut syariat kita ada beberapa sarana untuk  mengatasi dan memerangi kemiskinan, diantaranya:

1. Mengajarkan manusia tentang keyakinan yang benar bahwa rizki datangnya dari Allah, Dialah Yang Maha Pemberi rizki (Al-Razzaq), dan bahwa dibalik semua ketentuan (takdir) Allah tentang musibah ada hikmah yang besar, dan bagi setiap muslim yang fakir untuk bersabar atas musibah yang menimpanya, dan berusaha keras untuk menghilangkan kemiskinan yang menimpa dirinya dan keluarganya.

Allah ta’ala berfirman: 

إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ

Sesungguhnya Allahlah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh. [Ad-Dzariyat /58]

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauhulmahfuz). [Hud /6]

Allah ta’ala berfirman:

أَمَّنْ هَذَا الَّذِي يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُ بَلْ لَجُّوا فِي عُتُوٍّ وَنُفُور

Atau, siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Sebaliknya, mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri dari kebenaran. [Al-Mulk /21]

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً

Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. [Al-Isra’ /70]

Dengan adanya keyakinan seperti ini maka hendaknya setiap orang bisa bersabar atas kemiskinan yang menimpanya, dan kembali menghadap kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata dalam mencari rizki, dan ikhlas menerima apa yang sudah Allah tetapkan, dan terus berusaha dalam mencari rizki.

Dari Suhaib Al-Rumi radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ رواه مسلم – 2999

(“perkara orang mu`min mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mu`min, bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.”) diriwayatkan oleh Muslim (2999).

Kita bisa melihat pengaruh keyakinan akidah kaum muslimin dengan melihat fakta yang terjadi pada non-muslim, sebagai contoh; di Jepang pada tahun 2003 terjadi tiga puluh tiga ribu kasus bunuh diri, dengan alasan utamanya adalah: pengangguran, dalam laporan di website “BBC” 1/9/2004 mereka mengatakan: “Statistik resmi menunjukkan bahwa tiga puluh tiga ribu orang bunuh diri tahun lalu di Jepang. Para pejabat Jepang mengatakan bahwa salah satu faktor meningkatnya angka bunuh diri ini adalah adanya resesi ekonomi yang sedang dialami Jepang, yang dianggap sebagai yang terburuk dalam lima puluh tahun terakhir. Hal ini menyebabkan tingginya angka pengangguran pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan selanjutnya memicu peningkatan kasus depresi, terutama di kalangan pria paruh baya.”

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيراً بَصِيراً

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan (-nya bagi siapa yang Dia kehendaki). Sesungguhnya Dia Maha Teliti lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya. [Al-Isra’ /30]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

firman Allah (Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkan (-nya bagi siapa yang Dia kehendaki)  menjelaskan bahwa Allah ta’ala adalah yang Maha Pemberi Rizki, Yang Maha Menyempitkan, Yang Maha Meluaskan, Yang Mengatur makhluk ciptaan sesuai kehendak-Nya, yang memperkaya siapa yang Dia kehendaki, dan memiskinkan siapa yang Dia kehendaki, dengan segala hikmah yang disertakan didalamnya; dan karena itulah Dia berfirman: (Sesungguhnya Dia Maha Teliti lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya) artinya: Allah Maha teliti dan Maha melihat siapa diantara hambanya yang berhak dijadikan kaya dan siapa yang berhak dijadikan miskin. Bagi sebagian orang, Kekayaan bisa jadi adalah istidraj, dan kemiskinan adalah hukuman, untuk itu kita berlindung kepada Allah dari satu hal dan lainya. Tafsir Ibnu Katsir “5/71”.

2. Berlindung kepada Allah dari kemiskinan

Dalam beberapa riwayat Hadis disebutkan mengenai apa yang biasa dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan diajarkan kepada umatnya, yaitu meminta perlindungan kepada Allah ta’ala dari kemiskinan karena pengaruhnya pada diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

dari [Muslim bin Abu Bakrah] dia berkata; [Bapakku] ketika selesai shalat mengucapkan (doa);

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ ” فَكُنْتُ أَقُولُهُنَّ ، فَقَالَ أَبِي : أَيْ بُنَيَّ عَمَّنْ أَخَذْتَ هَذَا ؟ قُلْتُ : عَنْكَ ، قَالَ : إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُهُنَّ فِي دُبُرِ الصَّلَاةِ رواه النسائي ( 1347 ) ، وصححه الألباني في ” صحيح النسائي

‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefakiran, dan adzab kubur’. Aku juga mengucapkannya, lalu Bapakku berkata; ‘Wahai anakku, dari siapa kamu mengambil ini? ‘ Aku menjawab; ‘Darimu’. bapakku kemudian berkata; ‘Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wa Sallam senantiasa mengucapkannya setiap selesai shalat.” Diriwayatkan oleh An-Nasai (1347), dan digolongkan Sahih oleh Al-Albani dalam “Sahih An-Nasai

Dan dari [Aisyah] bahwa Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam selalu mengucapkan:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَالْهَرَمِ وَالْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْغِنَى وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْفَقْرِ رواه البخاري ( 6007 ) ومسلم ( 589

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas, kepikunan, kesalahan dan terlilit hutang, dan dari fitnah kubur serta siksa kubur, dan dari fitnah neraka dan siksa neraka dan dari buruknya fitnah kekayaan dan aku berlindung kepada-Mu dari buruknya fitnah kefakiran) diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6007) dan Muslim (589).

📚 islamqa.info

🖊 Repost By Team Syiar Tauhid Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *