Musibah Yang Sesungguhnya
1 min readMusibah yang sesungguhnya itu bukanlah ketika kitia kehilangan harta, atau kehilangan orang yang kita cintai, bukan pula ketika berkurang kesehatan, tertundanya pangkat dan jabatan, serta bukan pula ketika diboikot, dirundung serta difitnah oleh sebagian manusia, karena itu masih dalam urusan dunia.
Musibah yang sesungguhnya itu adalah tatkala seseorang yang tadinya disiplin salat malam, kemudian kehilangan salat malamnya semenjak bertambah dunianya. Berkurang ibadah puasa sunahnya semenjak bertambah dunianya. Bahkan yang lebih buruk dari itu adalah hilangnya amalan-amalan yang wajib; tinggal salat berjama’ah 5 waktu tanpa uzur syar’i bagi kaum laki-laki, bahkan sebagian mereka ada yang kehilangan salat 5 waktu baik di masjid maupun di rumah, alias tidak salat sama sekali. Ataupun, kalaupun salat maka salatnya bolong-bolong.
Sedangkan perkara yang lebih buruk dari semua hal yang telah disebutkan di atas adalah kehilangan akidah yang lurus. Sebagian manusia ada yang diberikan bagian dari dunia yang luar biasa, tetapi hidup berlumur dalam kesyirikan, hidup penuh dengan takhayul, khurafat serta tathayyur. Dia diberikan dunia tetapi tidak diberikan sunahnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga setiap kali dia beribadah, maka ia melakukannya dengan tata cara yang tidak sesuai dengan tuntunan Nabi shalalallahu ‘alaihi wasallam.
Maka musibah itu dapat juga terjadi pada yang diberikan dunia yang melimpah ruah, tetapi tidak diberikan nikmatnya salat sunah dan salat malam, atau nikmatnya membaca Al-Qur’an, serta tidak pula nikmat dari memiliki istri yang salihah dan anak keturunan yang salih-salihah.
Pemateri : Ustadz Farhan Abu Furaihan حَفِظَهُ اللهُ