Syaikhul Islam ibnu Taimiyah (bagian 2)
3 min read
Ilmunya
Imam Adz-Dzahabi berkata tentang Ibnu Taimiyah: “Dia menjadi salah satu ulama besar di masa hidup para gurunya… Jumlah karya tulisannya saat ini mungkin mencapai empat ribu lembar atau lebih. Dia menafsirkan Kitab Allah selama bertahun-tahun dengan hafalan, pada hari-hari Jumat. Kecerdasannya luar biasa, dia memiliki banyak sanad dalam hadits, dan jumlah gurunya lebih dari dua ratus. Pengetahuannya tentang tafsir mencapai puncaknya. Hafalannya terhadap hadits, perawinya, hadits shahih, dan dhaifnya, tidak ada yang menyamainya. Pengetahuannya tentang fiqh dan mazhab para sahabat serta tabi’in, apalagi empat mazhab, tidak ada yang menandinginya. Pengetahuannya tentang aliran-aliran kepercayaan, ushul, dan ilmu kalam juga tiada duanya. Dia menguasai bahasa Arab dengan sangat baik, dan pengetahuannya tentang sejarah serta perjalanan hidup sangat mengagumkan.”
Hafalan dan Kecerdasannya
Para ulama sezaman dan generasi setelahnya sepakat mengenai kekuatan hafalannya, pemahaman cepatnya, serta kecerdasannya. Teman belajarnya, Alimuddin Al-Barzali, berkata: “Jarang dia mendengar sesuatu tanpa langsung menghafalnya, dan dia sangat cerdas dengan hafalan yang banyak.”
Adz-Dzahabi juga berkata: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih cepat mengingat matan hadits dan merujuknya selain dia, dan sunnah selalu ada di depan matanya serta di ujung lidahnya. Bahkan, lawannya dalam perdebatan, Kamaluddin Az-Zamalkani, berkata: “Belum pernah ada orang dalam 400 atau 500 tahun terakhir yang lebih hafal darinya.
Adz-Dzahabi menyebutkan: “Kecerdasannya sangat menyala-nyala (luar biasa),” dan dia berkata di tempat lain: “Dia adalah keajaiban dalam kecerdasan dan kecepatan memahami.
Akhlaknya
Dikatakan tentang akhlaknya: “Dia tumbuh dengan keteladanan yang sempurna, menjaga kehormatan diri, zuhud, kesederhanaan dalam berpakaian dan makan, dan terus hidup dalam kebaikan, berbakti kepada kedua orang tuanya, takwa, wara’, tekun beribadah, sering berpuasa dan shalat malam, serta senantiasa berdzikir kepada Allah dalam setiap urusan dan keadaan. Dia selalu kembali kepada Allah dalam setiap masalah, berhenti pada batasan-batasan Allah, mengajak kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, tidak tergoda oleh kelezatan makanan dan pakaian, dan hanya menikmati ilmu dan pengajarannya. Jabatan Qadhi dan posisi utama ditawarkan kepadanya, tetapi dia menolak.
Keberaniannya tidak perlu diragukan. Dia sangat berani menghadapi kematian, dan keberaniannya dalam menghadapi tentara Tatar serta keteguhan hatinya di depan mereka membuat semua orang kagum. Hafizh Sirajuddin Umar bin Ali Al-Bazzar menyebutkan: “Ketika menunggang kuda, dia bergerak di barisan musuh seperti ksatria terhebat, menyerang musuh dengan gagah berani tanpa rasa takut mati.
Karya-karyanya
Syaikh Abu Al-Hasan An-Nadwi berkata tentang keistimewaan ilmiah dan karya Ibnu Taimiyah: “Ibnu Taimiyah, berkat kecerdasan dan kekuatan hafalannya yang luar biasa, meresapi kekayaan ilmu di zamannya, memahaminya dengan sepenuhnya, dan memanfaatkannya dalam karyanya. Namun, semangatnya yang besar dan pikirannya yang cerdas tidak membuatnya puas hanya dengan menukil atau merangkum. Keilmuannya yang dalam terhadap Kitab Allah dan pemahamannya yang kuat terhadap tujuan syariat membuat setiap karyanya memuat gagasan-gagasan baru dan penelitian kritis, serta membuka jalan baru dalam memahami kitab Allah dan syariat.” Tidak mungkin merinci semua karyanya dalam kesempatan singkat ini. Adz-Dzahabi menyatakan: “Jumlah tulisannya mungkin mencapai empat ribu lembar atau lebih, dan dia menafsirkan Kitab Allah selama bertahun-tahun dari hafalannya pada hari-hari Jumat.” Banyak buku yang membahas karya-karya Ibnu Taimiyah, dengan mayoritas bukunya membahas akidah, fiqh dan ushulnya, hadits, serta tafsir.
REFERENSI : https://www.alukah.net/culture/0/64066/%D9%86%D8%A8%D8%B0%D8%A9-%D8%B9%D9%86-%D8%AD%D9%8A%D8%A7%D8%A9-%D8%A7%D8%A8%D9%86-%D8%AA%D9%8A%D9%85%D9%8A%D8%A9/
[Dengan sedikit perubahan]